Pendekatan-Pendekatan Dalam IPS
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS
Pendekatan mengandung arti cara
pandang atau cara menyikapi sesuatu dengan bertolak belakang dari asumsi
tertentu. Pengajaran IPS digunakan sebagai istilah teknis pedagogis untuk
proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran dalam mata pelajaran IPS.
Pendekatan dalam pelajaran IPS dimaksudkan sebagai cara pandang kita terhadap
proses belajar murid dalam mata pelajaran IPS, dan upaya penciptaan kondisi dan
iklim kelas yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Pendekatan sangat penting bagi guru
karena guru dalam mata pelajaran IPS selain berfungsi sebagai manajer kelas dan
fasilitator belajar, juga menjadi teladan actor sosial. Oleh karena itu, dengan
mempelajari berbagai jenis pendekatan ini, dapat menambah percaya diri seorang
guru untuk melaksanakan tugas sebagai guru IPS.
Pendekatan bergantung pada berbagai
hal, seperti tingkat pendidikan, tujuan dan lingkupan pendidikan anak. Artinya
seorang guru harus memilih pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan materi ajar
yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Jenis – Jenis
Pendekatan
Ada beberapa jenis pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan pada kegiatan belajar mengajar di IPS, antara
lain :
1. Pendekatan Disiplin atau Pendekatan
Struktur
Pendekatan
Disiplin bertitik tolak dari sesuatu disiplin ilmu tertentu. Artinya pola
kerangka atau sistematika pendekatan disiplin dimulai dari menyampaikan
konsep-konsep dari suatu disiplin, baru kemudian menambahkan konsep-konsep
disiplin lainnya. Yang bertujuan untuk mendukung konsep-konsep disiplin
tersebut. Misalnya dimulai dari disiplin sejarah atau dari geografi atau dari
ekonomi, dan sebagainya.
Cara
penyampaian dalam pendekatan disiplin adalah dengan mempertautkan konsep-konsep
lain yang bersifat menunjang yang dilakukan secara sistematis.
Tujuan dari
pendekatan disiplin antara lain :
Mendukung tujuan IPS dalam kurikulum
Untuk mendapatkan pengertian yang
lebih mendalam tentang konsep-konsep ilmu sosial tertentu
Untuk menelaah lebih lanjut tentang
lingkup utama kegiatan manusia
Untuk memberikan gambaran yang jelas
tentang konsep-konsep tertentu dari suatu disiplin dengan disiplin yang lain.
Untuk memberikan bahan yang lebih
banyak dan lebih luas kepada IPS
Dalam proses
belajar mengajar yang menggunakan pendekatan disiplin, guru hendaknya lebih
banyak memberikan tugas kepada anak untuk mencari sumber-sumber diluar buku
teks. Memberikan tugas membaca ataupun studi lapangan dan pada akhir tugas
melampirkan karya tulis kelompok maupun perorangan.
Kekurangan dari
pendekatan disiplin adalah :
Penyusunan suatu pembelajaran dengan
pendekatan ini adalah sangat sulit, karena tidak adanya pedoman yang tegas
untuk memilih inti pembahasan dan pendukung pembahasan.
Pandangan tiap-tiap pengajar tentang
suatu konsep, kedalaman maupun keleluasannya, sangat tergantung pada latar
Belakang pendidikannya.
Keterampilan guru untuk mempertautkan
konsep-konsep sangatlah terbatas dan dipengaruhi oleh berbagai faktor (waktu,
kesempatan, referensi,dll).
2. Pendekatan Antar Struktur atau
Interdisiplin
Pendekatan
antar struktur merupakan pendekatan yang membahas suatu konsep secara berturut
melalui beberapa disiplin dan kemudian dipersatukan. Dengan pendekatan ini
suatu konsep ilmu sosial atau suatu topik diorganisasikan bersama konsep dari
berbagai ilmu sosial terpadu.
Contohnya :
Menunjukkan pada peta pesebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia. Maka,
dapat meyoroti dari sudut pandang : geografi, khususnya peta persebaran daerah
asal suku bangsa di Indonesia. Kemudian materi sikap menghormati keanekaragaman
suku bangsa. Kemudian bisa membahas berbagai jenis kebudayaan di Indonesia.
Kesemuanya itu
terpadu menjadi suatu bahan pelajaran yang utuh dan tidak merupakan cerita
bersambung. Sumbangan konsep dari berbagai ilmu diolah, diramu, dan dipadukan
baik dari segi urutan atau tingkat kesulitan maupun kepentingannya.
Kesulitan
penggunaan pendekatan ini dalam pelaksanaan pengajaran IPS dapat dimaklumi
mengingat masih jarang ditemukan guru IPS yang generalis. Tetapi hal ini dapat
diatasi melalui team teaching pada saat memprogram atau waktu melaksanakannya.
Pendekatan
antar struktur dapat dibedakan menjadi dua jenis pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan Multidisiplin
Pendekatan
multidisplin mengarah pada pengambilan konsep-konsep dari berbagai disiplin.
Generalisasi dan proses dari berbagai disiplin ilmu sosial untuk membantu para
siswa memahami topik yang mereka pelajari. Artinya semua aspek dari suatu topik
ditelaah sehingga pengertian siswa itu menjadi luas dan dalam, dan dengan
demikian tujuan sajian akan tercapai secara mantap.
b. Pendekatan Interdisiplin
Pendekatan
interdisiplin juga menggunakan atau mengambil konsep-konsep yang digunakan
dalam berbagai ilmu sosial. Perbedaannya ialah bahwa model pengajaran dengan
pendekatan interdisiplin mendasarkan strukturnya pada penggunaan ‘konsep inti’
sedangkan pada model pendekatan multidisplin menggunakan ‘konsep dasar’ dari
berbagai disiplin.
Dasar pemikiran
yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin ialah adanya
banyaknya konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan
dalam pengajaran. Kesukarannya terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling
efektif untuk digunakan.
3. Pendekatan Kemasyarakatan
Pendekatan
Kemasyarakatan dimaksudkan seperti pendekatan yang kita gunakan didalam
mempelajari IPS dengan mengambil masyarakat sebagai folus pembahasan. Artinya
semua komponen program diambil dari dan ditujukan pada masyarakat sekitar.
Tujuan dari
penekatan kemasyarakatan antara lain :
Pergaulan siswa di dalam masyarakat
lebih luas, meliputi kecakapan bergaul, sikap ramah tamah, tenggang rasa, suka
menolong, penyesuaian diri dalam berbagai situasi dan bisa mempengaruhi masyarakat
sekitarnya.
Dapat memperluas pengetahuan dan
pengertian yang didapat disekolah dengan macam-macam kenyataan (fakta) yang
didapat di dalam masyarakat (konsep-konsep) sehingga mempunyai scope yang lebih
luas dan lebih mendalam.
Mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan
harapan masyarakat akan hasil pendidikan di sekolah yang dapat digunakan untuk
membangun, membina, dan mengembangkan masyarakat.
Dapat berpartisipasi langsung dengan
berbagai kegiatan kemasyarakatan yang juga diharapkan oleh masyarakat.
Mengetahui lebih banyak tentang
perubahan dan perkembangan yang lebih cepat daripada yang diduga diketahui
disekolah sehingga pengetahuannya selalu aktual.
4. Pendekatan Lingkungan
Lingkungan
masyarakat lebih banyak membicarakan lingkungan fisik dan lingkungan budaya
atau sering disebut dengan lingkungan geografis.
a. IPS dengan Lingkungan Fisik
Di dalam
pengetahuan tentang lingkungan, unsur fisik memegang peranan penting. Hal ini
dimuat dalam tujuan pengajaran IPS. Tujuan tersebut antara lain :
Anak harus memahami keadaan lingkungan
fisiknya ( keadaan alam, kekayaan alam, iklim, fauna, serta ekosostem dan
lingkungannya )
Anak harus menyadari bagaimana campur
tangan manusia didalam mengelola sumber-sumber alam.
Anak harus memahami dan menyadari
tentang perlunya perhitungan, pengawasan dan pengawetan alam sekitar demi
kelestarian lingkungan.
b. IPS dan Lingkungan Budaya
Tujuan
pengajaran IPS dan Lingkungan Budaya adalah :
Mengajarkan kebudayaan-kebudayaan
manusia di dunia dari hal perbedaan, persamaan hakekat budaya yang ada padanya,
perkembangan serta perubahan-perubahannya.
Anak harus memahami nilai-nilai budaya
nasioanal, regional maupun lokal, menghargai dan memelihara sebagai harga
pusaka peninggalan nenek moyang.
Menanamkan rasa tanggung jawab dan
kesadaran untuk memelihara dan melestarikan warisan budaya tersebut.
Anak harus mengetahui akibat-akibat
buruk yang dapat ditimbulkan oleh penetrasi kebudayaan asing yang masuk ke
dalam lingkungan kebudayaan.
5. Pendekatan Pembelajaran Tradisional
dan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
a. Pendekatan Pembelajaran Tradisional
Pendekatan
pembelajaran tradisional mengutamakan penyajian fakta dan nama, melalui hafalan
dan ingatan. Anak dianggap sebagai suatu bejana kosong yang harus diisi oleh
guru sampai penuh. Sehingga dalam pendekatan pembelajaran anak bersifat pasif.
Sedangkan guru bertindak aktif dengan metode ceramah.
Kekurangan dari
pendekatan pembelajaran tradisional antara lain :
Kurang memberikan kesempatan untuk
bertanya atau berdiskusi memecahkan masalah sehingga daya serap siswa kurang
tajam.
Kadang-kadang pernyataan atau
penjelasan lisan sukar ditangkap. Apalagi jika menggunakan kata-kata asing.
Kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan kecakapannya untuk mengeluarkan pendapat.
Kurang cocok untuk anak yang tingkat
abstraksinya masih kurang.
Dapat menimbulkan kebosanan siswa.
Pendekatan ini
dapat digunakan apabila terdapat hal-hal berikut ini :
Bahan yang ingin disampaikan sangat
banyak.
Para siswa dapat memahami informasi
melalui kata-kata.
b. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Pendekatan
pembelajaran inkuiri bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan
objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal
sesuai engan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang
sebagai stimulus yang dapat memandang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin
belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan
kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan
bimbingan guru. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan
kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Berikutnya guru menyediakan
sumber belajar bagi siswa untuk pemecahan masalah.
Pendekatan
inkuiri dalam mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk
dilaksanakan disetiap sekolah. Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan apabila
sudah memenuhi syarat-syarat berikut :
Guru harus terampil memilih persoalan
yang relevan untuk diajukan kepada kelas dan sesuai dengan daya nalar siswa
Guru harus terampil menumbuhkan
motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan
Adanya fasilitas dan sumber belajar
yang cukup
Partisipasi setiap siswa dalam setiap
kegiatan belajar
A. Pengertian
Ilmu
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas. pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Wikipedia Indonesia, Ilmu adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi
kedalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologihanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi
lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit.
B. Ilmu sebagai Proses
Ilmu secara nyata dan khas adalah
suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan
oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, melainkan suatu
rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu
bersifat rasional, kognitif, dan teleologis.
1. Rasional
Aktivitas rasional berarti kegiatan
yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan
aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri. Ilmu menampakkan diri sebagai
kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris.
Penalaran merupakan suatu proses
berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, merasa, bersikap, dan bertindak.
Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan
merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan
berpikir bukan dengan perasaan, meskipun seperti itu dikatakan Pascal, hati pun
mempunyai logika tersendiri. Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak
semua kegiatan berfikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran
merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran.
Berpangkal pada hasrat kognitif dan
kebutuhan intelektualnya, manusia melakukan rangkaian pemikiran dan kegiatan
rasional dengan lingkungan atau masyarakat yang kemudian melahirkan ilmu.
2. Kognitif
Pada dasarnya ilmu adalah sebuah
proses yang bersifat kognitif, bertalian dengan proses mengetahui dan
pengetahuan. Proses kognitif (cognition) adalah suatu rangkaian
aktivitas seperti pengenalan, penyerapan, pengkonsepsian, dan penalaran (antara
lain) yang dengannya manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan
tentang suatu hal.
Menurut Piaget menyatakan bahwa di dalam diri individu terjadi adaptasi
terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
a. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif
dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke
dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya; proses menambahkan
informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif,
karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang
diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada.
Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan
perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah
salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri
dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang. Dalam contoh di atas,
melihat burung kenari dan memberinya label “burung” adalah contoh mengasimilasi
binatang itu pada skema burung si anak.
b. Akomodasi
Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan
atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang
baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi
sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian
orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru
yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu
kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi
seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka
terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium).
Akibat ketidaksetimbangan itu
maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami
atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses
terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium).
Tetapi bila terjadi keseimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang
lebih tinggi daripada sebelumnya.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian
lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi
baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula
terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat
burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label
“burung” adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung pada
fikiran si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya
dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan
seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian
di atas.
Dengan demikian, kognitif seseorang
berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang
tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Teleologis
Ilmu selain merupakan sebuah proses
yang bersifat rasional dan kognitif, juga bercorak teleologis, yakni mengarah
pada tujuan tertentu karena para ilmuwan dalam melakukan aktivitas ilmiah
mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani sesuatu tujuan
tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah
aktivitas manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh masing-masing ilmuwan.
C. Ilmu sebagai Prosedur
The Liang Gie memberikan pengertian
ilmu sebagai aktivitas penelitian perlu diurai lebih lanjut agar dapat dipahami
berbagai unsur dan cirinya yang lengkap. Penelitaian sebagai suatu rangkaian
aktifitas mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah
tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan pola ini dalam dunia
keilmuan disebut metode, untuk menegaskan bidang keilmuan itu seringkali
dipakai istilah “metode ilmiah”. Jadi, Ilmu sebagai prosedur atau ilmu sebagai
metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata
langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Oleh karena itu,
bisa dikatakan ilmu sebagai prosedur berarti ilmu merupakan kegiatan penelitian
yang menggunakan metode ilmiah.
Menurut The World of Science
Encyclopedia, metode ilmiah ialah prosedur yang digunakan oleh ilmuwan dalam
mencari secara sistematis pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan
yang ada. Dari berbagai definisi yang pernah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa metode ilmiah pada umumnya menyangkut empat hal yakni: pola prosedural,
tata langkah, teknik-teknik, dan alat-alat.
Menurut Stanlay
dan Thomas C. Hunt menjelaskan bahwa metode dalam mencari pengetahuan
ada tiga
1. Rasionalisme
Plato memberikan gambaran klasik dari rasionalisme. Dia
berdalil bahwa untuk mempelajari sesuatu, seorang harus menemukan kebenaran
yang sebelumnya belum diketahui. Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum
sebelumnya sudah ada dalam pikiran manusia. Pengalaman indra paling banyak
hanya merangsang ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama
itu sudah ada dalam pikiran.Menurut Plato kenyataan dasar terdiri dari ide atau
prinsip.
Sedangkan menurut Descrates, dia
menganggap bahwa pengetahuan memang dihasilkan oleh indra, tetapi karena dia
mengakui bahwa indra itu bisa menyesatkan (seperti dalam mimpi dan hayalan),
maka dia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa data keindraan tidak dapat
diandalkan
Dari penjelasan di atas terdapat beberapa kritik yang
ditujukan pada kaum rasionalisme. Diantaranya adalah:
a. Pengetahuan rasional dibentuk oleh
yang tidak dapat dilihat maupun diraba. Sehingga eksistensi tentang idea yang
bersifat sudah pasti maupun bawaan itu sendiri belum dapat dikuatkan oleh semua
manusia dengan kekuatan dan keyakinan yang sama.
b. Banyak diantara manusia yang
berpikiran jauh merasa bahwa mereka menemukan kesukaran yang besar dalam
menerapkan konsep rasional kepada masalah kehidupan yang praktis.
c. Teori rasional gagal dalam menjelaskan
perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia selama ini.
2. Empirisme
Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang empiris
bahwa sesuatu itu ada, dia berkata “tunjukkan hal itu kepada saya“. Dalam
persoalan mengenai fakta maka dia harus diyakinkan oleh pengalamannya sendiri.
Orang-orang empiris berpendapat bahwa kita dilahirkan tidak
mengetahui sesuatupun. Apapun yang kita ketahui itu berasal dari kelima panca
indra kita. John Locke bapak empirisme mengatakan bahwa pada waktu manusia
dilahirkan, akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa),
dan di dalam buku catatan itulah di catat pengalaman-pengalaman indrawi.
Sehingga ia memandang akal sebagai jenis tempat penampungan, yang secara pasif
menerima hasil-hasil pengindraan tersebut. Sehingga bisa dikatan bahwa
kelompok empiris melihat bahwa pemahaman manusia hanya terbatas pada pengalamannya.
Empirisme juga mendapatkan kritik, yang antara lain:
a. Empirisme didasarkan kepada
pengalaman. Namun, jika dianalisis secara kritis maka “pengalaman” merupakan
pengertian yang terlalu samar untuk dijadikan dasar bagi sebuah teori yang
sistemis.
b. Sebuah teori yang sangat
menitikberatkan pada persepsi panca indra yang kiranya melupakan kenyataan
bahwa panca indra manusia adalah terbatas dan tidak sempurna. Panca indra kita
sering menyesatkan. Empirisme tidak mempunyai perlengkapan untuk membedakan antara
hayalan dan fakta.
c. Empirisme tidak memeberikan kita
kepastian. Apa yang disebut pengetahuan yang mungkin, dalam pengertian di atas,
sebenarnya merupakan pengetahuan yang seluruhnya diragukan.
3. Keilmuan
Terdapat suatu anggapan yang luas bahwa
ilmu pada dasarnya adalah metode induktif-empiris dalam memperoleh pengetahuan, di jelaskan bahwa empirisme merupakan epistemology yang
telah mencoba menjadikan alat indra berperan dalam pengamatan untuk memperoleh
keterangan tentang pengetahuan ilmiah. Memang terdapat beberapa alasan untuk
mendukung penilaian yang populer ini, karena ilmuan mengumpulkan fakta-fakta
yang tertentu, melakukan pengamatan dan mempergunakan data indrawi.
Walaupun demikian analisis yang mendalam terhadap metode keilmuan akan
menyingkap kenyataan, bahwa apa yang dilakukan oleh ilmuan dalam usahanya
mencari pengetahuan lebih tepat digambarkan sebagai suatu kombinasi antara
prosedur empiris dan rasional. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa metode
keilmuan adalah satu cara dalam memperoleh pengetahuan. Dengan demikian maka berkembanglah metode ilmiah yang
menggabungkan cara berpikir deduktif dengan induktif yang merupakan pertemuan
antara empirisme dan rasionalisme.
Hal ini dilakukan para ahli filsafat untuk membedakan antara
mana pengetahuan yang dianggap ilmiah dan mana yang bukan. Sehingga munculah
metode ilmiah, sebagai jawabannya. Disiplin yang menerapkan karakteristik
ilmiah akan menghasilkan pengetahuan ilmiah, sehingga yang tidak menerapkan
metode ilmiah ini, pengetahuannya bisa dianggap bukan merupakan pengetahuan
ilmiah.
Metode ini juga masih mendapatkan kritik, yang antara lain:
a. Metode keilmuan membatasi secara
begitu saja mengenai apa yang dapat diketaui manusia, yang hanya berkisar pada
benda-benda yang dapat dipelajari dengan alat dan teknik keilmuan.
b. Ilmu memperkenankan tafsiran yang
banyak terhadap suatu benda atau kejadian. Tiap tafsiran bisa saja benar sejauh
apa yang dikemukakan. Berbagai hipotesis bisa saja diajukan, sehingga kesatuan
dan konsistensi dari pengetahuan keilmuan ternyata tidak sejelas apa yang kita
duga.
c. Pengetahuan keilmuan, meskipun sangat
tepat, tidaklah berarti bahwa hal ini merupakan keharusan. Karena pengetahuan
keilmuan hanyalah pengetahuan yang mungkin dan secara tetap harus terus menerus
berubah. karena ilmu menyadari bahwa dia tidak mampu untuk menyediakan
pengetahuan yang pasti dan lengkap, yang tidak terjangkau oleh kegiatan
keilmuan.
D. Ilmu sebagai Produk
Dilihat dari tipe dan jenisnya, Ilmu
itu sendiri dibagi menjadi tiga: Pertama, ilmu sebagai inti dalam kehidupan
sosial. Biasanya ilmu tipe demikian dikendalikan oleh elit sosial yang
memandang bahwa tradisi masyarakat sebagai standar kebenaran. Konsekwensinya
adalah dogmatisasi ilmu akibat kebenaran yang serba normatif. Kedua, ilmu
sebagai proses. Dalam konteks ini kebenaran sebagai main goal dari ilmu pengetahuan dijadikan
sebagai bahan antara, dimana kebenaran akhirnya terus diverifikasi melalui
berbagai penelitian dan eksperimen. Ketiga, ilmu sebagai produk. Hal ini masih
berkaitan dengan ilmu tipe kedua. Beragam penelitian tentang satu hal yang
kemudian menghasilkan sebuah kesimpulan akhir setelah dilakukan pengujian
adalah sebuah produk dari pencarian kebenaran yang kita kenal sebagai ilmu.
Ilmu merupakan kumpulan
pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari aktivitas penelitian dengan
metode ilmiah/ sebagai sistem pengetahuan, ilmu mempunyai obyek material dan
obyek formal. Obyek material sering disebut pokok soal (subject matter),
sedangkan obyek material dinamakan titik perhatian (focus of interest)
atau sikap pikiran (attitude of mind). Lebih lazim, obyek formal
dinamakan sudut pandang. Sebagai sistem pengetahuan atau pengetahuan
sistematis, ilmu memiliki ciri- ciri empiris, sistematis, obyektif, analitis,
dan verifikatif. Ciri empiris mengandaikan pengamatan (observasi) atau
percobaan (eksperimen). Ilmu berbeda dari pengetahuan karena ciri
sistematis, dan berbeda dari filsafat karena ciri empirisnya. Ciri sistematis
berarti bahwa kumpulan pengetahuan-pengetahuan itu memiliki hubungan-hubungan
ketergantungan dan teratur. Ciri obyektif ilmu berarti bahwa pengetahuan ilmiah
bebas dari rasangka perseorangan (personal bias) dan pamrih pribadi. ilmu arus
berisi data yang menggambarkan secara tepat gejala-gejala. ilmu berciri
analitis artinya ilmu melakukan pemilahan-pemilahan atas pokok soal ke dalam
bagian-bagian untuk mengetahui sifat dan hubungan bagian-bagian tersebut. Ciri
verifikatif ilmu berarti bahwa tujuan yang ingin dicapai ilmu ialah kebenaran
ilmiah. Kebenaran ini dapat berupa kaidah-kaidah atau azas-azas yang universal.
Dengan demikian, manusia dapat membuat ramalan dan menguasai alam.
Sebagai produk dari usaha berfikir
ilmiah, ilmu pengetahuan sudah pasti berlandaskan pada landasan yang jelas.
Obyektivitas yang tertuju kepada kebenaran merupakan landasan tetap yang
menjadi pola dasar ilmu pengetahuan itu tanpa mengesampingkan nilai-nilai hidup
kemanusiaan. Sebab, nilai-nilai kemanusiaan adalah dasar, latar belakang dan
tujuan dari kegiatan keilmuan. Dalam artian bahwa ilmu pengetahuan itu sama
sekali tidak bebas nilai dan tetap mempertimbangkan terpeliharanya nilai-nilai
kemanusiaan.
Terdapat perbedaan di kalangan para
ilmuwan mengenai hubungan antara ilmu dengan nilai-nilai. Di satu sisi,
sebagian berpendapat bahwa ilmu adalah bebas nilai dengan satu pertimbangan
bahwa kebenaran menjadi satu-satunya ukuran dalam kegiatan ilmiah. Sebagian
yang lain mengatakan bahwa pertimbangan nilai etika, kesusilaan dan
kegunaan untuk melengkapi nilai kebenaran ilmu sangat perlu dimasukkan ke
dalam landasan ilmu, dengan kata lain ilmu taut nilai atau tidak bebas nilai.
SIMPULAN
Ilmu hanya terdapat dan dimulai dari
aktivitas manusia, sebab hanya manusia yang memiliki kemampuan rasional dalam
melakukan aktivitas kognitif yang menyangkut pengetahuan, dan selalu
mendambakan berbagai tujuan yang berkaitan dengan ilmu.
Dalam wujudnya ilmu dibagi ke dalam
tiga bagian yaitu ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk. Ilmu sebagai
proses memiliki arti suatu aktivitas manusia, yakni perbuatan melakukan sesuatu
yang dilakukan oleh manusia, dan ilmu itu sendiri terdiri dari satu atau
rangkaian aktivitas yang merupakan sebuah proses yang bersifat rasional,
kognitif, dan teleologis. Sedangkan Ilmu sebagai prosedur atau ilmu sebagai
metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata
langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Terakhir yaitu ilmu
sebagai produk bermakna pengetahuan ilmiah yg kebenarannya dapat diuji secara
ilmiah, yg mencakup Jenis-jenis sasaran; bentuk-bentuk pernyataan; Ragam-ragam
proposisi; ciri-ciri pokok; Pembagian secara sistematis.
Assalamu'alaikum
BalasHapusSaya ingin bertanya
Sumber nya dari mana ini mbak??